Perbedaan Sudut Pandang Orang Pertama dan Orang Ketiga pada Cerpen
atau Novel
Seorang siswa pernah bertanya kepada saya tentang perbedaan antara sudut
pandang orang pertama dan orang ketiga dalam cerpen atau novel. Rasanya saya
sudah berkali-kali menjelaskan salah satu unsur intrinsik cerita yang satu itu,
namun ternyata seringkali mereka salah dalam memahami apa itu sudut pandang. Berikut
ini akan saya paparkan kembali sudut pandang dalam bentuk dialog drama antara
saya dan siswa saya.
Tokoh ++> Gita
(Siswa) dan Saya (Guru)
Gita : Bu, nomor yang ini
maksudnya apa sih, Bu?
Saya : Yang mana, Gita?
Gita : Ini, Bu, yang sudut
pandang dalam cerpen. Sudut pandang apa sih, Bu?
Saya : Loh, Ibu kan
sudah pernah membahas ini. Sudut pandang itu salah satu unsur intrinsik dalam
cerita selain tema, tokoh, watak,penokohan, alur, latar, dan amanat.
Gita : Iya, Bu tapi Gita
masih bingung.
Saya : Sederhananya begini
Gita, sudut pandang adalah posisi pengarang ketika bercerita. Sudut pandang ada
dua macam, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut
pandang orang pertama pun ada dua macam, yaitu orang pertama sebagai tokoh
utama dan orang pertama sebagai tokoh sampingan. Begitu juga dengan sudut
pandang orang ketiga, ada orang ketiga sebagai pengamat dan orang ketiga serba
tahu (mahatahu).
Gita : Cara bedainnya
gimana, Bu?
Saya : Sudut pandang orang
pertama cirinya menyebutkan tokohnya dengan sappaan “Aku, Saya” atau kata ganti
orang pertama lainnya sehingga seolah-olah cerita itu adalah cerita pengarang
sendiri. Sedangkan sudut pandang orang ketiga menyebutkan tokohnya dengan “Dia,
Ia” atau menyebut nama tokohnya langsung. Jadi, posisi pengarang di sini sedang
menceritakan orang lain.
Gita : Kok, nggak
ada sudut pandang orang kedua, Bu?
Saya : Begini Gita, pengarang
adalah orang yang bercerita kepada pembaca, hanya saja melalui cerpen atau
novel. Sama seperti kamu yang sedang bercerita pada temanmu. Ketika kamu
bercerita maka kamu adalah pengarang dan temanmu adalah pembaca. Ketika kamu
menceritakan dirimu sendiri maka kamu akan menyebut “aku” atau “saya” karena cerita
itu mengenai dirimu. Dalam posisi itu kamu adalah pengarang dengan sudut pandang
orang pertama. Akan tetapi, ketika kamu menceritakan orang lain kamu akan
menyebut si tokohnya dengan “Dia” atau “Ia” atau menyebut namanya langsung. Dalam
posisi ini kamu menceritakan orang lain dan kamu tidak ada dalam cerita
tersebut, kamu hanyalah orang yang menyampaikan cerita. Nah, mengapa tidak ada
sudut pandang orang kedua? Karena orang kedua adalah pembaca. Jika kamu sedang
bercerita, maka orang yang mendengarkan ceritamu adalah orang kedua. Tidak mungkin
posisi pengarang sebagai pembaca atau orang yang mendengarkan cerita. Pengarang
adalah pencerita, bukan pembaca atau pendengar. Orang kedua hanyalah penikmat
cerita yang tidak lain adalah pembaca. Kamu
mengerti, Gita?
Gita : Mmm...iya Bu. Tapi Gita
mau contohnya dong, Bu. Biar lebih ngerti, hehehe.
Saya : Kalau begitu, coba
tebak sudut pandang yang terdapat dalam kutipan cerita ini.
Sudah senja. Adzan Maghrib sudah terdengar. Aku masih terduduk di
bawah pohon beringin di pinggir sawah. Sejak siang tadi belum sedikit pun aku
beranjak dari tempat teduh ini. Aku tidak sakit, sungguh. Namun, entah mengapa
ada perasaan aneh yang menghinggapiku sehingga aku malas untuk melakukan
aktivitas. Aku hanya ingin duduk, diam, dan merenung.
Gita : Sudut pandang orang
pertama, Bu!
Saya : Alasannya?
Gita : Karena pengarang
menyebut tokohnya dengan “Aku”.
Saya : Pintar! Tapi ingat,
kata “aku” atau “dia” bukan dilihat dari
dialog dalam cerita tersebut melainkan dari kalimat atau uraian ceritanya.
Gita : Oh, begitu. Berarti
nomor ini isinya sudut pandang orang ketiga ya, Bu?
Saya : Coba bacakan
ceritanya!
Gita : Ica sudah lelah
latihan hari ini namun teman-temannya masih saja menganggap ia orang yang
paling malas di kelompoknya. Sebenarnya, teman-temannya enggan satu kelompok
dengan Ica kalau saja bukan karena Bu Raisah yang memilih kelompok pasti mereka
tidak akan memasukkan Ica ke dalam kelompoknya. Mereka terus menyalahkan dan
mencari kesalahan Ica agar Ica pindah kelompok atas keinginan sendiri bukan
karena permintaan temannya.
Saya : Benar sekali. Cerita
itu menggunakan sudut pandang orang ketiga. Darimana kamu tahu?
Gita : Karena pengarang
menyebut tokohnya dengan kata “dia” dan menyebut namanya, yaitu “Ica”.
Saya : Bagus! Berarti kamu
sudah paham sekarang.
Gita : Iya, Bu. Makasih ya...
Bagaimana? Sudah jelaskah perbedaan sudut pandang orang pertama dan
orang ketiga dalam cerpen atau novel? Mudah-mudahan percakapan antara saya dan
siswa saya ini dapat memberi pencerahan bagi yang masih bingung dengan sudut
pandang dalam cerita.